Kisah Panjang Kegiatan Semasa Abah Rusli




Demikianlah yang kami dengar,dan sulit untuk mengungkapkan sesuatu yang batin untuk di fahami dengan mudah.


Bagian Pertama


Kejadian 1 syawal tahun 1999 merupakan tonggak sejarah bagi perjalanan Abah Rusli untuk semesta Alam,pada masa itu bermula dari rombongan orang dari Balikpapan yang di amanahi oleh orang tuanya 'jika nanti bertemu dengan seseorang dengan ciri kesederhanaan dan menerima Rahmad dan Nikmat datangilah dan titipkanlah hartamu kepada beliau'.

Dengan berbekal amanah orang tuaanya itu dia menemukan ciri-ciri yang di amanatkan dari orang tuanya kepada Abah Rusli, hari itupn mereka menemu Abah Rusli dan menyampaikan Amanah orang tuanya dan membawa sejumlah uang untuk dititipkan kepada beliau sebesar 5 juta Rupiah,tetapi Abah Rusli menolaknya,

Semenjak itu mulailah orang berdatangan kerumah Abah Rusli umtuk menemui beliau tetapi Abah Rusli masih sering jalan ke samarinda.

Sebuah kisah sepulang dari Samarinda didepan gang masuk kerumah, Abah Rusli bertemu dengan beberapa orang dengan arah yang sama jalan kaki masuk menuju ke gang rumah Abah Rusli dan Abah Rusli bertanya,
Bapak mau kemana?.
Orang itu menjawab ,Mau masuk menemui orang yang mendapatkan Rahman Nikmat.
Baiklah pak mari bersama-sama ke rumahnya, jawab Abah Rusli.

Sesampai kerumah Abah Rusli yang tak lain adalah beiau juga,orang itu heran sampai dirumah, Abah Masuk kekamar dan keluar menemui orang tersebut,betapa terkejutnya orang itu ternyata yang berjalan bersama itu adalah beliau Abah Rusli sendiri.

Semenjak hari ke-3 setelah 1 syawal orang bertambah banyak yang datang kerumah Abah Rusli, sebuah kisah ketika Abah Rusli bangun tidur dan membuka jendela kamar di semak semak pohon singkong ada yang bergerak-gerak betapa terkejutnya ternyata sudah penuh orang ingin menumui beliau.

Semenjak hari ke-3 sampai ke-44 ribuan orang berdatangan ingin menemui Abah Rusli,sampai-sampai tentara ikut membantu mengatur ribuan yang datang bahkan pagar batalyon di buka sebagai pintu keluar dari wadah Abah Rusli, kebetulan juga Rumah Abah Rusli disamping batalyon 611/awl.

Bermacam-macam niat yang datang menemuai Abah Rusli untuk bersilaturahmi,sehingga banyak yang meminta air kepada Abah Rusli sampai dalam sehari 18.000 air bungkusan habis diminta orang yang datang,dan yang datangpun masih di beri makan oleh Abah Rusli,karena banyaknya orang sehingga yang makanpun bergiliran dan sedapatnya apa yang disuguhkan sehinga seperti Acil Ibram,Acil Iyus.acil Idan, tak henti-hentinya hilir mudik menanak nasi dengan ukuran besar untuk memberi makan orang banyak,

Melihat kedaan yang begitu cepat dan mendadak orang yang datang banyak sekali pendapat-pendapat orang seperti 'Abah Rusli di prediksikan hanya 40 hari saja bertahan dengaan kondisi seperti itu dan memberi makan,lalu Abah Rusli menjawab,Jangankan 40 hari,seumur hidupun aku masih bisa memberi makan asalkan Tuhan masih ada.

Itupun terbukti sampai sekarang ditempat Abah Rusli tiada lain kegiatanya hanya memberi makan.

Setelah hari ke 44 di wadah Abah Rusli sudah mulai berkurang dari ribuan yang datang sudah di bilang normal dan stabil.
Kurang lebih 1 tahunan semenjak itu Abah Rusli juga belum membuka Ilmu Rahman Rahim,ketika ada ulama'atau ustad yang datang, mereka disuruh oleh Abah Rusli untuk berceramah,setelah ceramahnya terpuntal terpelilit H.Dwi lah menyempurnakan,dan dalam bentuk pertanyaan waktu itu hanya H.Dwi yang bisa menjelaskan.

Abah Rusli belum membuka Ilmu Rahman-rahim pada tahun-tahun pertama di karenakan memang fitnah begitu besar dan hebat dari para pihak-pihak yang belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Abah Rusli pada masa itu.

Kejadian Abah Rusli ini bertepatan dengan Tahun-Tahun dengan adanya prediksi Orang terdahulu ,apakah yang terjadi pada tahun 1999, bulan 9, tanggal 9, jam 9,menit 9,detik 9.? dan kejadian itu terjadi pada bulan ke-9 dari kejadian luar biasa Abah Rusli 1 syawal 1419 H. bertepatan dengan Tahun 1999 M.

Dan kejadian itu terjawab sudah oleh kejadian Abah Rusli pada tahun itu.

Bagian Kedua


Semasa setelah kejadian 1999 di wadah Abah Rusli kegiatan tiada lain adalah berbuat baik lewat memberi lebih lebih memberi makan,saat subuh telah tiba kegiatan ibu-ibu didapur tiada lain menyiapkan masakan untuk di berikan makan orang banyak hari itu.

Di dapur ada seorang nenek,panggilanya nenek cabung (gayung) ada kisah lucu disana kenapa di panggil nenek cabung karena tiap pagi hari selalu mencari cabung (gayung) untuk basuhan peralatan dapur yang akan di gunakan.

Nenek ini setiap pagi membuatkan teh sepanci besar untuk minum di pagi hari dan untuk para tamu-tamu yang datang nantinya,tiada terlupa nenek ini menyiapkan sanggar (pisang goreng) sebagai camilan di pagi hari, pisangnya didadapat dari kebun Abah Rusli sebelah Rumah.

Kebun pisang Abah Rusli terbentang luas tumbuh subur di kebun karena dahulunya adalah bekas kandang ayam , pupuk kandangnya yang menyuburkan tanaman pisang itu ,selama Abah Rusli kebun pisang tidak pernah dijual buahnya,dan memang untuk dimakan.

Kaik Mangga (kakek mangga) dengan segala kemampuanya terkadang menyapu halaman belakang dan acil Amin membersihkan halaman depan dengan di bantu anak-anak remaja disana, di mushala,teras di pel termasuk Ruang Tamu (ruang utama) di wadah Abah Rusli selalu di bersihkan.

Pagi-pagi biasanya Abah Rusli duduk di depan teras dan semua yang ada juga ikut dudukan di teras sambil minum teh hangat dan sanggar (pisang goreng) obrolan-obrolan ringan terjadi disana,dan siapapun yang ada di waktu pagi itu serasa bertemu Ayah dan anaknya, tidak ada yang membedakan dari semuanya.

Dan terkadang pagi-pagi itu Abah Rusli menyuruh Opik atau Yani anak kemenaknya untuk membeli nasi kuning dan wadai (jajanan pasar) untuk semua yang ada sarapan di pagi hari itu,dan disuruh bekiyauan (memanggil) semua yang ada, istilah waktu itu selamatan,Nang Hamrin adik ipar Abah Rusli juga selalu datang untuk membacakan doa selamat.

Sarapan bersama sambil bercerita senda gurau ringan dipagi seperti itu tiada disadari semacam kegiatan hari-hari dan berinteraksi sesama, tiada dirasakan perbedaan antara saudara dan orang lain.

Setelah sarapan semua yang ada melakukan apa yang perlu dilakukan tanpa adanya perintah,semua berjalan dengan senang hati.
Didapur bisanya jam 08.30 WITA sudah mempersiapkan makanan untuk memberi makan orang banyak,yang berat-berat dikerjakan oleh lelaki seperti masak nasi atau memasak daging dalam wajan besar,

Jam -jam itu juga biasanya orang yang datang dengan berbagai niat juga datang di wadah abah rusli, ketika para tamu datang secangkir teh dan sanggar (pisang goreng) selalu ada di suguhkan untuk para tamu,rantang -rantang cangkir hilir mudik kedapur untuk mengambil teh hangat.

Berbagi kegiatan yang ada tidak hanya sekedar didapur untuk ikut berbuat baik disana, ada juga yang di kebun menanam sayuran tanam singkong,bersihkan kebun pisang dan tidak ada niatan untuk mereka menjualnya, keinginanya agar hasil apa yang mereka tanam itu bisa di manfaatkan untuk orang lain,dan bukan hasil kebun mereka yang di manfaatkan untuk memberi makan orang banyak di wadah Abah Rusli.

Semisal sayuran panen, Abah Rusli mengatakan suruh jual saja dan hasilnya untuk si penanam tapi mereka tidak ingin menjual, terkadang di berikan kepada siapa saja yang ada untuk dimasak dirumah.

Ketika sudah jam 12 siang ibu-ibu yang ada di dapur memanggil siapa saja yang ada, memberitahukan kalau makan siang sudah siap,secara spontan siapa yang ada di ajak makan di dapur, makanan sudah ada disiapkan lengkap dengan buah,teh,air putih basuhan tangan.

Selesai makan siang tidak perlu repot untuk membersihkan piring bekas makanan, karena secara spontanitas juga ibu-ibu atau siapa saja boleh membantu membersihkan atau terkadang para tamu yang makan ikut membantu tanpa disuruh karena mereka merasa dirinya bukanlah tamu,tidak ada rasa sungkan-sungkan.

Ketika menjelang sore mempersiapkan makanan lebih banyak lagi, karena biasanya malam yang datang bertambah banyak,siapa yang datang langsung disuruhnya kedapur, terkadang mereka enggan makan sebelum bertemu Abah Rusli, setelah bertemu dan bersalaman tiada lain juga Abah Rusli menyuruhnya makan di dapur yang sudah disiapkan, setelah makan mereka duduk mengelilingi Abah Rusli untuk mendengarkan Abah Rusli membabarkan tentang Rahman Rahim.

Sekitar jam jam 21.00 H.dwi datang,biasanya H.Dwi dudukan di teras sambil diskusi dengan orang datang di wadah Abah Rusli karena diruangan utama sudah tidak muat lagi maka mereka duduk di bangku-bangku teras.

Sekitaran jam jam 21.30 biasanya orang didapur sudah menyiapkan makan malam biasanya mie atau kue-kue basah, langsung kekanakan yang ada disana mengambilnya dam membagikan kesetiap yang ada di sana.

Setelah makan malam tidak lama para tamu yang datang berangsur-angsur berpamitan untuk pulang karena mungkin mereka mempersiapkan kerja di esok harinya,tetapi H.Dwi masih bertahan di sana.

Setelah Ruangan sudah sedikit longgar biasanya Abah Rusli memanggil H.Dwi untuk masuk, setelah bersalaman terkadang tidak lama setelah itu, Abah Rusli berpamitan kepada orang-orang yang ada untuk beristirahat, secara otomatis H.Dwi yang memberikan pembabaran dan tanya jawab tentang Rahman Rahmim mengenai apa yang telah dikatakan Abah Rusli,diskusi itu berlanjut bisa sampai jam 01.00, dan biasanya mereka menunggu H.Dwi berpamitan barulah mereka ikut pulang.

Terkadang juga dini hari itu Abah Rusli juga menyempatkan untuk masih keluar dari kamarnya untuk membabarkan Rahman Rahim apa yang telah didiskusikan sebelumya,bahkan terkadang jam-jam yang menjelang pagi itu juga Abah Rusli masih memberi makan lagi kepada yang datang jika mereka belum pulang, apa yang ada di dapur disuruh untuk di suguhkan makan diruang utama itu.

Tidak hanya itu saja apa yang dilakukan diwadah Abah Rusli,terkadang pada jam-jam 23.00 Abah Rusli memerintahkan kekanakan untuk membeli nasi goreng,atau mie goreng untuk di makan siapa saja yang ada wadah Abah Rusli, dan benar tiada kata lapar di wadah Beiau.

Dirasa sudah para tamu pulang orang yang tinggal di wadah Abah Rusli juga mempersiapkan untuk istirahat malam,banyak yang memilih istirahat di ruang utama itu ,ada juga yang dikamar.

Kisahnya disana ada tilam (kasur) busa di taruh persis di tengah Ruang utama bukan tilam itu menjadi ranjang tidur tetapi menjadi bantal dengan kepala kami mengililingi tilam itu,terkadang sebagian sambil menonton tv sebagian sudah terlelap.

Ketika subuh menjelang ada sebagian yang sudah bangun terkadang ada juga yang melandau (kesiangan bangun) sampai-sampai Abah Rusli sudah duduk di tempat duduknya dia masih belum bangun, tetapi Abah Rusli tidak pernah melarang malahan suruh pindah kebelakanng,atau terkadang dilarang untuk membangunkan.
Kadang juga di bangunkan untuk minum teh atau sanggar.

Kegiatan pagi sampai menjelang istriahat tidaklah monoton itu-itu saja,lebih dinamis terkadang ketika malam Rabu atau malam jumat dipastikan orang yang datang lebih bnyak lagi,terkadang d Rumah Abah Rusli ada acara Maulud Habsy yang tiada lain hanyalah mengundang orang untuk makan,lambat laun acara Maulud Habsy itu sudah tidak ada lagi.
Di gantikan lebih kepada semacam ceramah di Mushala yang biasanya di isi oleh H.Husai dan dilanjutkan oleh H.Dwi, karena banyaknya orang yang datang dan kondisi Abah Rusli yang tidak mungkin lagi dan disarankan dokter untuk banyak istirahat.Karena keterbatasan kesehatan beliau kadang pesan-pesan beliau hanya di tuliskan diatas kertas untuk di bacakan kepada orang yang di wadah Abah Rusli di mushala itu.

Acara Maulud Habsy itu sudah tidak ada lagi semenjak meninggalnya Harun Arasyid, dan lebih kepada pembabaran secara langsung tentang Rahman Rahim yang di lanjutkan oleh H.Dwi yang banyak di lakukan di Musola kurang lebih hanya 4 meter daru ruangan Abah Rusli.

Dan Musola itu hanya sebutanya ,aslinya mushala itu dahulunya adalah bekas gudang makanan ayam, mungkin lebarnya 5 meter panjangya sampai 30 meter dengan bangunan kayu seadanya

Bagian ketiga


Setelah hari ke-44 kejadian 1 Syawal 1999 Abah Rusli sudah memotong 50 ekor sapi dan setelahnya itu sering membagi-bagi daging dua hari sekali kepada orang susah.
Pernah juga membagi ayam potong untuk dibagikan seorang susah dalam bentuk ekoran utuh.

Mungkin kalau di jumlah hari selama Abah Rusli ada, tidak terhitung berapa jumlah sapi yang dipotong untuk dagingnya di bagikan.

Pernah di mushala ini di jadikan tempat untuk membungkus kurang lebih 30 ton kurma untuk di bagikan di bulan puasa semenjak Abah Rusli, ketika sehabis orang sholat tarawih kegiatanya hanya membungkus kurma dalam plastik mika untuk keesokan harinya di bagikan.

MenjelanG ASHAR sebagian yang ada ikut membagi kurma kekampung-kampung,dalam gang dan dimana tempat yang bisa bisa dijangkau untuk di beri,dan sebagian tetap membungkusi buah kurma.
Kegiatan itu beerjalan sebulanan penuh di bulan Ramadhan.

Pernah Abah Rusli membelikan pakaian dengan harga kiloan dan membeli berapa kwintal pakaian yang di bagikan kepada orang susah sampai di kirim ke hulu mahakam.

Bahkan Abah Rusli juga memberikan nasi bungkus yang siap untuk dimakan kepada anak yatim dan orang miskin, bahkan tentara yang sedang latihan perangpun disuruh Abah Rusli untuk mengirim makanan berupa nasi bungkus di tengah hutan.
Dan lucunya komandanya pun tidak bisa menolak dengan alasan latihan,dan memang Abah Rusli tidak ingin melihat ada orang kelaparan.

Berbagai hari besar selalu dimanfaatkan untuk memberi makan,bahkan sampai tentara yang pulang dari tugaspun secara khusus di potongkan sapi untuk istilah syukuran untuk prajurit yang telah tiba dengan selamat kembali kemarkas, bahkan para Tentara remaja baru pun setiba di batalyon diundang untuk makan di rumah Abah Rusli, sampai-sampai para senior tentara berkata kepada para juniornya,'leting kalian paling enak semasa ada Abah Rusli karena selalu diundang makan'.

Lebih-lebih pada bulan Ramadhan Dirumah Abah Rusli juga ada acara buka bersama kepada setiap yang berpuasa atau tidak puasa tetap makan bersama tidak memilih siapa dia, bahkan tentara batalyonpun di undang untuk makan berbuka puasa, tidak ada ruangan yang kosong untuk makan dari dapur sampai mushola bahkan ruang utama, lebih sibuk lagi ketika lebaran tiba,orang datang seperti air mengalir tiada putusnya dan langsung disuruh makan.

Berbagai kegiatan di wadah Abah Rusli masa itu suasana lebih hidup tanpa rasa capek atau lelah, pada hari hari besar dan hari libur dimanfaatkan sebagian orang yang sibuk kerja disempatkan ikut membantu menyediakan makanan untuk siapapun yang datang di wadah Abah Rusli.